Rss

Selasa, 04 November 2014

Masa pra aksara/prasejarah

MASA PRA AKSARA/ PRASEJARAH
 
a.       Pengertian Masa Pra aksara
Pra-aksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa pra-aksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Adapun masa sesudah manusia mengenal tulisan diseb
ut juga dengan masa aksara atau masa sejarah.
Kehidupan manusia pada masa pra-aksara dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak wujudnya berupa benda-benda purbakala. Benda-benda tersebut dapat membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia. Sementara itu, fosil yang berupa sisa-sisatulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu, dapat membantu pada kita mengenai pertumbuhan fisik manusia pada masa pra-aksara. Bekas-bekas atau sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan binatang yang telah membatu itu terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
      b. Asal usul kehidupan manusia
Setelah kalian mempelajari proses pembentukan bumi dan dampaknya terhadap lingkungan, bagaimanakah sampai ada kehidupan manusia di muka bumi? Menurut ilmu falaq, yaitu ilmu yang mempelajari bintang-bintang, bumi yang kita tempati ini terjadi kira-kira 250 ribu juta tahun yang lalu. Awalnya berupa bola gas yang sangat panas dan berputar pada porosnya. Karena berputar terusmenerus maka gas tadi menjadi semakin padat, terjadilah kulit bumi. Kulit ini makin lama makin tebal tetapi turun derajat suhunya. Sementara itu, bagian dalam dari bumi yang kita tempati ini sampai sekarang masih belum padat. Kita dapat lihat bagaimana sewaktugunung api meletus yang mengeluarkan magma yang sangat panas. Kita juga dapat menyaksikan bagaimana meluapnya lumpur panas Lapindo di Porong Sidoarjo dari dalam perut bumi. Contoh tersebut membuktikan bahwa bagian dalam perut bumi masih berupa zat cair yang sangat panas.
Sebelum adanya kehidupan manusia, bumi ini mengalami perubahan-perubahan. Proses perubahan itu terbagi atas beberapa fase-fase atau zaman. Perubahan dari satu zaman ke zaman berikutnya memakan waktu yang cukup lama, sampai jutaan tahun. Pembagian zaman perubahan-perubahan bumi menurut geologi meliputi arkaikum, palaeozoikum, mesozoikum, dan neozoikum atau kenozoikum. Zaman kenozoikum ini terbagi dalam dua bagian, yaitu zaman tersier dan kwarter. Pada zaman kwarter inilah mulai ada tanda-tanda kehidupan manusia.
Menurut Ilmu Geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi), perkembangan bumi terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.
1. Arkaikum
Zaman ini berumur kira-kira 2500 juta tahun. Pada saat itu bumi masih belum dingin. Udara masih panas sekali. Kulit bumi masih dalam proses pembentukan. Belum ada tanda-tanda kehidupan.
2. Palaeozoikum
Zaman ini diperkirakan berumur 340 juta tahun. Pada zaman ini sudah mulai ada tanda-tanda kehidupan. Binatang-binatang yang kecil (mikro arganisme) sudah ada. Juga binatang yang tidak bertulang punggung, bahkan beberapa jenis ikan, amfibi dan reptil sudah mulai ada. Karena keadaan bumi masih berubah-ubah maka keadaan kehidupan masih sulit untuk meningkat.
3. Mesozoikum
Zaman ini berumur kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman ini kehidupan di bumi semakin berkembang. Binatang-binatang pada masa itu mencapai bentuk yang besar sekali. Antara lain Dinosaurus panjangnya 12 meter, Atlantosaurus panjangnya 30 meter. Jenis burung sudah mulai ada. Zaman ini disebut pula dengan zaman reptil, karena pada zaman jenis binatang reptil yang paling banyak sekali.
4. Neozoikum atau Kenozoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira 60 juta tahun. Keadaan bumi pada zaman ini menjadi baik. Perubahan cuaca tidak begitu besar walaupun zaman es masih ada. Kehidupan berkembang dengan pesat sekali. Zaman ini dibagi menjadi beberapa zaman, antara lain:
Ø  Tertier
Pada zaman ini ditandai dengan semakin berkurangnya binatang raksasa. Famili binatang menyusui sudah mulai ada. Beberapa jenis monyet dan kera telah mulai hidup.
Ø  Kwarter
Zaman kwarter berlangsung kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini telah ada tanda-tanda kehidupan manusia. Bagianbagian zaman ini disebut dengan istilah kala. Zaman ini dibagi dalam dua bagian yaitu kala plestosin dan kala holosin.
Kala plestosin merupakan zaman yang sangat penting, sebab pada zaman itulah manusia mulai muncul di muka bumi. Kala plestosin berlangsung kira-kira dari 3 juta sampai 10.000 tahun sebelum masehi. Pada masa ini terjadilah masa perluasan lapisan es di kutub. Beberapa daratan yang berdekatan dengan kutub Utara tertutup es. Terjadilah suatu perubahan suhu yang memengaruhi keadaan kehidupan. Di daerah-daerah yang jauh dari kutub tidak terjadi pembekuan, tetapi terjadi musim penghujan yang hebat.
Keadaan bumi belum stabil benar. Terjadi letusan-letusan gunungapi, erosi, pengendapan, dan pengangkatan pegunungan-pegunungan. Letusan gunung berapi mengakibatkan terjadinya timbunan batuan, kerikil, lahar, lava maupun abu, baik di daratan maupun di laut. Ada gerakan di dalam bumi (gerakan endogen) dan dari luar bumi (gerakan eksogen). Pegunungan atau daratan yang mula-mula di bawah laut merupakan dasar laut dangkal semakin terangkat ke atas. Hal ini mengakibatkan daratan semakin luas sebagai tempat hidup.
Bagaimanakah yang terjadi pada kepulauan di Indonesia pada saat itu? Kepulauan Indonesia bagian barat mula-mula bersatu dengan Benua Asia, sedangkan kepulauan bagian timur bersatu dengan Benua Australia. Kemudian bagian-bagian tersebut terpisah karena naiknya permukaan laut.
Daratan yang menghubungkan Indonesia dengan Australia terputus dan menjadi laut kembali dikarenakan naiknya permukaan air laut yang disebabkan es di kutub mencair. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan benua Asia sekarang menjadi lautan paparan Sunda. Adapun bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan Benua Australia disebut paparan sahul.
Antara Asia dan Australia memiliki iklim yang berbeda. Benua Asia memiliki iklim yang mengandung curah hujan yang tinggi, sedangkan di Benua Australia memiliki iklim yang kering. Tidak mengherankan apabila letak geografis tersebut memengaruhi iklim di Indonesia. Bagian barat kepulauan Indonesia mendapat pengaruh angin dari Asia yang membawa curah hujan sehingga curah hujan tinggi. Sedangkan Indonesia Timur mendapat pengaruh angin dari Australia yang kering sehingga curah hujan sedikit. Karena kurangnya hujan maka daerah Indonesia Timur menjadi kering.
Alam merupakan tempat kehidupan mahluk dan tumbuhan termasuk manusia. Perubahan yang terjadi pada alam berpengaruh terhadap kehidupan mahluk dan tumbuhan. Mahluk hidup akan senantiasa beradaptasi terhadap perubahan iklim. Binatang-binatang yang hidup di daerah yang dingin mengembangkan bulubulunya untuk menahan dingin. Adapun di daerah yang panas, binatang-binatang memiliki bulu yang jarang dan sedikit.
Bagaimanakah dengan perkembangan awal manusia di Indonesia? Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berlatar belakang juga pada perubahan alam.Menurut para ahli, manusia pertama di Indonesia berasal dari Asia. Perubahan-perubahan alam tersebut berakibat pada terjadinya migrasi manusia.
           
Peta jalur migrasi penduduk awal yang menenmpati wilayah nusantara.
Pengaruh musim dari kedua benua (Asia dan Australia) memengaruhi migrasi melalui pelayaran. Dengan menggunakan perahu yang sangat sederhana kelompok-kelompok manusia melakukan perjalanan mengikuti arah musim. Orang Indonesia zaman praaksara dengan perahu-perahunya yang sederhana telah mengarungi samudera yang luas dalam mencari tempat-tempat pemukiman baru. Pada sekitar tahun 2000 sebelum masehi terjadi gelombang perpindahan rumpun bangsa yang berbahasa Melayu-Austronesia (Melayu Kepulauan Selatan). Melayu-Austrononesia ialah suatu ras Mongoloid yang berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan. Dari tempat itu mereka menyebar ke daerah-daerah hilir sungai besar di teluk Tonkin. Pada sekitar 200 SM, mereka pindah menyebar ke daerah-daerah Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, Formosa, pulau-pulau Lautan Teduh sampai ke Madagaskar. Kelompok migrasi dari Yunan ke Indonesia inilah yang dianggap sebagai asal mula nenek moyang bangsa Indonesia.
c. Pembabakan Zaman Pra-sejarah berdasarkan arkeologi.
Berdasarkan benda-benda peninggalan yang ditemukan, masa pra-aksara/pra-sejarah dibagi menjadi:
Ø  zaman batu, yaitu zaman ketika manusia mulai mengenal alat-alat yang terbuat dari batu. Pada
zaman ini, bukan berarti alat-alat dari kayu atau bambu tidak dibuat. Alat yang terbuat dari bahan kayu atau bambu mudah rapuh, tidak tahan lama seperti dari batu, bekas-bekas peninggalannya tidak ada lagi.
Zaman batu ini dibagi lagi atas beberapa periode,yaitu:
a. zaman batu tua (Palaelithkum);
b. zaman batu tengah (Mesolithikum);
c. zaman batu muda (Neolithikum);
d. zaman batu besar (Megalithikum).
Ø  Zaman logam, yaitu zaman sewaktu manusia sudah mampu membuat alat-alat perlengkapan hidupnya dari logam. Teknik pembuatan alatalat dari logam ini dengan cara melebur terlebih dahulu bijih-bijih logam yang nanti dituangkan dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan demikian, zaman logam ini tingkat kehidupan manusia sudah lebih tinggi  daripada zaman batu. Zaman logam dibagi atas:
a. zaman tembaga,
b. zaman perunggu, dan
c. zaman besi.
Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup pada zaman pra-aksara atau prasejarah. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia pada masa pra-aksara dapat kita ketahui dari fosil atau bekas-bekas manusia yang membatu yang ditemukan dalam lapisan bumi plestosin. Indonesia termasuk salah satu negara tempat dimana ditemukan fosil dan artefak manusia purba. Ilmu bantu sejarah untuk meneliti fosil manusia, tumbuhan, dan hewan ini adalah paleontologi. Adapun ilmu yang mempelajari manusia purba adalah paleoantropologi.
d. jenis-jenis Manusia Pada Masa Pra Aksara di Indonesia
Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia. Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di beberapa tempat, khususnya di Jawa. Penelitian tentang manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan. Para peneliti itu antara lain: Eugene Dubois, G.H.R Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich. Berikut ini jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
1. Pithecantropus Erectus
Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta-600.000 tahun yang lalu atau pada zaman paleolithikum (zaman batu tua).
Fosil sejenis Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia fosil ini belum melebihi usia 5 tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut anak dari Pithecanthropus Erectus dan von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecantropus Mojokertensis. Von Koenigswald di tempat yang sama menemukan fosil yang diberi nama Pithecantropus Robustus.
            2. Meganthropuis Paleojavanicus
Pada tahun 1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
            3. Homo Soloensis dan Homo Wajakensis
Von Koenigswald dan Wedenreich menemukan kembali sebelas fosil tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong, lembah Bengawan Solo. Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Von Koeningswald menilai hasil temuannya ini bahwa mahluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia. Mahluk ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis (manusia dari Solo).
Selanjutnya di dekat Wajak sebuah desa yang tak jauh dari Tulungagung Kediri ditemukan sebuah tengkorak yang disebut Homo Wajakensis. Jenis manusia purba ini tinggi tubuhnya antara 130–210 cm, dengan berat badan kira-kira 30–150 kg. Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya masih menonjol.
e. Perkembangan Kehidupan Manusia Zaman Pra aksara dan Peralatan Kehidupannya.
Pada saat makanan (tumbuhan dan binatang) yang disediakan alam itu berlimpah maka tingkat kehidupan manusia pada waktu itu cukup berburu dan mengumpulkan makanan. Tetapi ketika bahan makanan mulai menipis dan tidak ada lagi, timbulah kemampuan manusia untuk mengolahnya. Perubahan yang terjadi pada alam ini, akan berpengaruh kepada kehidupan manusia. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi mulai pada kehidupan yang menetap.
Berikut ini tahapan kehidupan manusia pada masa pra-aksara di Indonesia.
1.      Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Manusia pada masa ini sangat tergantung pada sumber daya alam. Kebutuhan hidup mereka ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini berburu dan mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika mereka hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada sumber makanan.
 Binatang apa yang dapat diburu? Binatang yang dapat mereka buru, antara lain babi, rusa, burung atau menangkap ikan di sungai, danau dan pantai. Perburuan yang mereka lakukan di hutan-hutan, disekitar daerah di mana mereka tinggal. Binatang yang berhasil ditangkap biasanya mereka bakar sebelum dimakan. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia pada masa ini sudah mengenal api. Selain berburu, mereka juga mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuhtumbuhan yang bisa dimakan.
2.      Masa Bercocok Tanam
Pada masa bercocok tanam, manusia pra-aksara memiliki kemampuan menyediakan makanan dalam jangka waktu tertentu. Manusia pra-aksara dapat menyediakan makanannya sendiri karena pada tahap ini, manusia mampu memproduksi tumbuhtumbuhan dan mengembangbiakan binatang ternak. Manusia mampu menanam berbagai jenis tumbuhan yang semula tumbuh liar, seperti menanam padi dan umbi-umbian. Mereka dapat mengolah tumbuhan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan.
Pada tahap bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu dang mengumpulkan makanan. Pada masa bercocok tanam, manusia secara berkelompok sudah mulai hidup menetap. Mereka tidak perlu berpindah-pindah lagi karena persediaan makanan melalui bercocok tanam sudah tercukupi.
3.      Masa Megalithikum
Pada masa becocok tanam kepercayaan masyarakat ini dibuktikan dengan ditemukannya bangunan-bangunan batu besar atau disebut megalithikum. Bangunan megalithikum ini diperkirakan berlangsung sejak zaman bercocok tanam dan masa perundagian.
Adapun bangunan-bangunan batu pada masa megalithikum antara lain sebagai berikut.
a.       Menhir
b.      Dolmen
c.       Sarkopagus atau keranda
d.      Kubur batu
e.       Punden berundak-undak
f.       Waruga
g.      Arca.
4.      Masa Perundagian
Ciri utama zaman ini adalah adanya kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam pengelolaan logam. Barang-barang yang digunakan menggunakan bahan dari logam. Walaupun sudah mengenal logam, tidakberarti penggunaan barang-barang dari batu tidak digunakan. Masih banyak masyarakat pada zaman ini menggunakan alat-alat dari batu.
Barang-barang yang dihasilkan pada masa perundagian ini dengan cara dicetak. Proses pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a.       teknik bivolve
b.      teknik a cire perdue
Benda-benda yang dihasilkan dari perunggu adalah sebagai berikut:
§  nekara
§  kapak corong
§  bejana perunggu
§  arca-arca perunggu
§  perhiasan.
f.  Peninggalan-peninggalan Kebudayaan Pada Masa Pra aksara.
Zaman prasejarah tidak meninggalkan tulisan,tetapi meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil kebudayaan manusia. Peninggalan tersebut dinamakan artefak.
Secara umum peninggalan-peninggalan pada zaman praaksara dapat dibagi menjadi dua yaitu peninggalan zaman batu dan peninggalan zaman logam(besi dan perunggu). Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa pra aksara pada dasarnya dibagi menjadi empat, yaitu:
1.      Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat awal
2.      Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut
3.      Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa bercocok tanam
4.      Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa Perundagian (pertukangan)
g.    Kedatangan dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia di Nusantara
                        Keberadaan masyarakat awal di kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh beberapa teori dan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh ahli. Teori yang mendukung dikenal dengan teori IMIGRASI.
1.      Van Heine Geldern (sosiolog dan sejarawan Belanda)
         Terjadi perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau di sebelah selatan Asia atau yang disebut Austronesia (Pulau Selatan). Bangsa yang mendiami pulau itu adalah bangsa Austronesia. Wilayah Austronesia meliputi pulau-pulau yang membentang dari Madagaskar sampai pulau Paskah, Taiwan dan Selandia baru. Mereka membawa kebudayaan Neolithikum. Ada juga bangsa Austronesia yang tinggal di pulau yang terletak antara benua Asia dan Asutralia yaitu di daerah Yunan dan membawa kebudayaan Yunan. Diperkirakan mereka masuk ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu +/- tahun 2000 SM dan 200 SM. Alasan nenek moyang Bangsa Indonesia meninggalkan daerah asalnya masing-masing adalah karena adanya bencana alam dan serangan dari suku bangsa lain.
2. Dr.H.Kern (ahli Bahasa)
         Berdasarkan penelitian terhadap 113 bahasa daerah di Indonesia tahun 1899, disimpulkan bahwa masing-masing bahasa ada kemiripan , sehingga disimpulkan bahwa bahasa daerah yang ada di Indonesia berasal dari satu rumpun yang sama yaitu bahwa Austronesia.
         Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah nusantara, dalam perkembangannya disebut bangsa melayu Indonesia. Mereka inilah yang menjadi nenek moyang langsung bangsa Indonesia.
h.        Corak kehidupan Masyarakat Pra sejarah Indonesia
Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan kebudayaan, kebudayaan itu ada karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak kehidupan masyarakat dapat diketahui.
Dengan demikian dari hasil-hasil kebudayaan material seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 dapat dikaji dan dipelajari corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia, seperti yang akan diuraikan pada uraian materi berikut ini.
Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat prasejarah diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum.
Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah Aninisme.
Aninisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan Dinamisme.
Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contohnya yaitu kapak yang dibuat dari batu chalcedon (batu indah) dianggap memiliki kekuatan. Untuk contoh-contoh yang lain dapat Anda baca kembali uraian materi kegiatan belajar 1 modul ini. Dengan demikian kepercayaan masyarakat prasejarah adalah Animisme dan Dinamisme.
Kemasyarakatan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara kelompoknya sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana denga baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah.
Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama/musyawarah dalam kehidupan yang demokratis.
Pertanian
Sistem pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat.
Selanjutnya masyarakat mulai mengembangkan sistem persawahan, sehingga tidak lagi bergantung pada humus, dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan. Sistem persawahan dikenal oleh masyarakat prasejarah Indonesia pada masa Neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan masyarakat sudah menetap dan teratur.
Pada masa perundagian sistem persawahan mengalami perkembangan mengingat adanya spesialisasi/pembagian tugas berdasarkan keahliannya. Sehingga masyarakat prasejarah semakin mahir dalam persawahan.
Pelayaran
Anda masih ingat tentang migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 3 modul 1? Dengan adanya perpindahan bangsa-bangsa dari daratan Asia ke Indonesia membuktikan bahwa sejak abad sebelum masehi, nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki kemampuan berlayar. Kemampuan berlayar terus mengalami perkembangan, mengingat kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau sehingga untuk sampai kepada pulau yang lain harus menggunakan perahu. Jenis perahu yang dipergunakan adalah perahu bercadik.
Dari pembuatan perahu bercadik yang sederhana tetapi sudah mampu mengarungi samudera pada jaman prasejarah tersebut. Hal tersebut patutlah untuk dibanggakan kehebatan kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia menjadi modal dasar dari kemampuan berdagang. Sehingga pada awal abad masehi bangsa Indonesia sudah turut ambil bagian dalam jalur perdagangan internasional.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak zaman Neolithikum, masyarakat Indonesia telah megenal pengetahuan yang tinggi, dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian.
Selain berkembangnya ilnu pengetahuan, teknologi juga dikenal oleh masyarakat prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam. Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam.
Kesenian
Kesenian dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak zaman Mesolithikum yang dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk selanjutnya kesenian mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Neolithikum, karena pada masa bercocok tanam terdapat waktu senggang dari menanam hingga panen. Yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyalurkan jiwa seni, dari seni membatik, gamelan bahkan wayang.

Masa pra aksara Di Indonesia

Masa Praaksara dan Prasejarah Di Indonesia

Masa Praaksara dan Prasejarah Di Indonesia - Mempelajari dan meneliti kehidupan pada masa lalu memang hal yang menarik, manusia hidup didunia selalu melakukan perubahan-perubahan baik itu dibidang sosila budaya atau bahkan kepercayaan. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dimasa lalu sebagai contoh adalah masa prasejarah para peneliti atau ilmuan menggunakan fosil dan artefak untuk menggali informasi tentang kehidupan dimasa lalu. Kehidupan di masa prasejarah adalah kehidupan yang sangat sederhana, manusia purba selalu hidup berpindah pindah dan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka selalu berburu dan meramu

Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini baik bumi maupun kehidupan didalamnya selalu mengalami perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, perkembangan tersebut terbagi dalam setiap zaman seperti arkaezoikum, paleozoikum, mesozoikum dan neozoikum. Dibawah ini akan dijelaskan sedikit mengenai zaman-zaman tersebut.

praaksara
  1. Zaman Arkaezoikum adalah zaman yang paling tua, berlangsung sekitar 2500 juta tahun yang lalu, pada masa ini belum ada kehidupan karena buni masih dalam proses pembentukan serta permukaannya masih sangat panas.
  2. Zaman Paleozoikum biasa disebut zaman primer, pada masa ini suhu bumi menurun atau bumi mulai mendingin. Zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu dan pada masa ini juga muncul makhluk hidup bersel satu yang diperkirakan sebagai makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi.
  3. Zaman Mesozoikum / Zaman Sekunder atau biasa disebut Zaman Reptile, Masa ini berlangsung sekitar 140 juta tahun yang lalu, di zaman ini hidup reptile-reptile raksasa seperti Dinosaurus.
  4. Zaman Neozoikum adalah zaman yang sudah mulai stabil di mana sudah ada hewan menyusui yang hidup pada masa ini sekaligus berkurangnya hewan reptile besar, zaman ini masih terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
  1. Zaman Divilum / Pleistosen atau disebut  juga dengan zaman es karena pada zaman ini es didaerah kutub mulai mencair karena perubahan iklim yang berlangsung sekitar 600.00 tahun yang lalu. Manusia juga sudah mulai hidup pada zaman ini.
  2.  Zaman Alluvium / Holosen berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu di tandai dengan munculnya nenek moyang dari manusia modern yaitu homo sapiens.

 Masa Praaksara dan Prasejarah Di Indonesia


A. Pengertian Masa Prasejarah atau Praaksara

Prasejarah atau Praaksara adalah zaman dimana manusia tidak atau belum mengenal tulisan, pra berarti belum / tidak dan aksara berarti huruf atau tulisan. Setiap bangsa didunia mengalami masa praaksara  yang berbeda begitu juga hilangnya masa praaksara tersebut, setelah manusia mengenal tulisan maka berubah menjadi zaman sejarah.

B. Jenis-Jenis Manusia Purba Yang Pernah Hidup Di Indonesia

Berdasarkan penelitian dan fosil yang ditemukan oleh para arkeolog serta ahli lainnya banyak sekali fosil puba ditemukan di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Dari banyaknya fosil yang ditemukan di pulau jawa ada sebagian besar yang ditemukan di Lembah Sungai Brantas dan Lembah Begawan Solo, yang membuktikan kalau ditempat itulah mereka tinggal.
Jenis-jenis manusia yang hidup di Indonesia adalah :

  1. Meganthropus Paleojavanicus, berarti manusia purba besar dan tua yang hidup di Jawa, ia memiliki tubuh yang kekar. Manusia purba ini ditemukan di Sangiran, Surakarta oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan 1941.
  2. Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera tegak berdiri, dengan ciri-ciri berbadan tegak dan memiliki tinggi sekitar 165-180 cm. Manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Begawan Solo Surakarta tahun 1891 dan merupakan manusia purba yang paling banyak ditemukan di Kedungtrubus, Trinil, Mojokerto, Sangiran dan Ngandong.
  3. Homo, berarti manusia ada beberapa jenis homo yaitu homo soloensis, homo wajakensis dan homo sapiens, keadaan dan ciri fisik mereka lebih sempurna dibanding Manusia purba sebelumnya.

C. Perkembangan Manusia Purba Di Indonesia

Perkembangan dan  perubahan manusia purba selalu terjadi dari masa ke masa, dibawah ini akan diberikan penjelasannya.
  1. Masa Berburu Dan Meramu, Kehidupan dimasa berburu dan meramu sangat identik dengan hidup berpindah-pindah atau nomaden. Kehidupan pada masa ini biasa disebut food gathering yang berarti memanfaatkan dan mengambil makanan yang bersumber dari alam tanpa harus menanam atau mengolahnya dulu. Peralatan yang digunakan pada masa ini adalah kapak perimbas untuk menebang kayu, memecahkan tulang dan menguliti binatang. & kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong binatang buruan serta alat serpih yang berfungsi sebagai pisau.
  2. Masa Bercocok Tanam (Food producing ). Pada masa ini manusia purba mulai mengenal kegiatan bercocok tanam dan pada masa ini juga mereka sudah tingal menetap disuatu tempat dan memiliki rumah. Namun, kegiatan berburu dan meramu masih belum hilang sepenuhnya dari kehidupan mereka.Alat-alat yang digunakan pada masa ini banyak terbuat dari batu yang dihaluskan seperti mata panah, gerabah, beliung persegi, dan kapak lonjong
  3. Masa Perundagian atau pertukangan. Pada masa ini, manusia purba sudah mengenal pembagian tugas atau kerja. Pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu juga sudah dikenal untuk memenuhi keperluan / peralatan rumah tangga.

Masa pra aksara


 Masa Pra Aksara



Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di saat catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan permulaan terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di saat kehidupan manusia di Bumi yang belum mengenal tulisan.[1]
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti prasejarah didapat dari [[artefak|artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs prasejarah.

Periodisasi

Pembagian zaman

Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu & Zaman Besi), & bedasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan, Masa Bercocok Tanam, & Masa Perundagian)

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
Zaman Batu Tua (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
  1. Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya seperti kapak perimbas & kapak penetak
  2. Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes & peralatan dari tulang)
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada Palaeolithikum antara lain:
  1. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)
  2. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan untuk menggemburkan tanah).
  3. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buah-buahan & umbi-umbian).
  4. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, maka masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).
  5. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat sumber air ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).
  6. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
  7. Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di China, dimana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah gua).
Zaman Batu Tengah (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
  • Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur & moddinger yang berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble & batu pipisan.
  • Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada zaman Mesolithikum antara lain:
a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)
b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)
c.Gundukan Kjokkenmoddinger yang dapat mencapai tinggi tujuh meter dengan diameter tiga puluh meter ini tentu terbentuk dalam waktu lama, sehingga disimpulkan bahwa manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi pantai.
d. Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi bahwa manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.
Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
  1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
  2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.
  3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
  4. Pakaian dari kulit kayu
  5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)
Kebudayaan Megalith
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalith, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalith justru pada zaman logam. Hasil kebudayaan Megalith, antara lain:
  1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.
  2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang
  3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)
  4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
  5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup
  6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

Zaman Logam (Masa Perundagian)

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Zaman logam di Indonesia dibagi atas:
Zaman Perunggu
Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tongkin China (pusat kebudayaan ini) manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:
  • Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
  • Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
  • Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
  • Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)

Zaman Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
  • Mata Kapak bertungkai kayu
  • Mata Pisau
  • Mata Sabit
  • Mata Pedang
  • Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)